Sabtu, 02 Juni 2018

PEREKONOMIAN INDONESIA “ INDUSTRIALISASI DI INDONESIA“


PEREKONOMIAN INDONESIA
“ INDUSTRIALISASI DI INDONESIA“


 


DISUSUN OLEH :
1.     Dea Natalia                          (21217476)
2.     Sonya Ananda Leony          (25217752)
3.     Junie Parisyana N                (23217112)
4.     Yoga Harianto                     (26217272)

Kelas :
1EB04


PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2018


KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Perekonomian Indonesia, dengan judul “Industrialisasi di Indonesia” dengan lancar. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga makalah ini dapat selesai dengan lancar. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Makalah ini disusun atau dibuat untuk memenuhi salah satu tugas Perekonomian Indonesia.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini kearah sempurna.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penulis pada kususnya. Kami sampaikan terimakasih.





Depok, 19 Mei 2018



Penyusun






DAFTAR ISI
Kata Pengantar.............................................................................................
DaftarIsi.......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang...............................................................................
1.2     Rumusan Masalah..........................................................................
1.3     Tujuan Penulisan............................................................................
BAB II ISI
2.1     Konsep dan tujuan industrialisasi..................................................
2.2     Faktor-faktor pendorong industrialisasi.........................................
2.3     Perkembangan sektor industri manufaktor nasional......................
2.4     Permasalahan industrialisasi...........................................................
2.5     Strategi pembangunan sektor industri...........................................
2.6     Revolusi Industri 4.0.....................................................................

BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan ........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................





BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Industri merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian suatu negara. Sektor industri dianggap sebagai sektor yang mampu menjadi pimpinan dari sektor lain. Produk industri mempunyai nilai jual yang tinggi dari pada sektor lain. Hal tersebut dikarenakan produk industri sangat beragam dan memberikan nilai dan manfaat yang tinggi bagi masyarakat. Industri menjadi penolong bagi perekonomian suatu negara, sehingga pemerintah banyak memberikan kebijaksanaan- kebijaksanaan tentang industri.
Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang yang bermutu tinggi dalam penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Dengan demikian, industri merupakan bagian dari proses produksi. Bahan-bahan industri diambil secara langsung maupun tidak langsung, kemudian diolah, sehingga menghasilkan barang yang bernilai lebih bagi masyarakat.
Industrialisasi merupakan suatu proses perubahan sosial ekonomi yang merubah sistem pencaharian masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Industrialisasi juga bisa diartikan sebagai suatu keadaan dimana masyarakat berfokus pada ekonomi yang meliputi pekerjaan yang semakin beragam (spesialisasi), gaji, dan penghasilan yang semakin tinggi. Industrialisasi adalah bagian dari proses modernisasi dimana perubahan sosial dan perkembangan ekonomi erat hubungannya dengan inovasiteknologi.
Dalam makalah ini kami akan membahas tentang industrialisasi di ndonesia, terutama tentang konsep dan tujuan industrialisasi, faktor-faktor pendorong industrialisasi, perkembangan sektor industri manufaktor nasional, permasalahan industrialisasi, dan strategi pembangunan sektor industri.

1.1  Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep dan tujuan industrialisasi?  
2.
Apa saja faktor-faktor pendorong industrialisasi?
3.
Bagaimana perkembangan sektor industri manufaktor nasional?  
4.
Apa permasalahan industrialisasi?
5.
Bagaimanakah strategi pembangunan sektor industri?  
6.
Apa yang dimaksud dengan revolusi industri 4.0?

1.2  Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui konsep dan tujuan industrialisasi
2.
Untuk mengetahui faktor-faktor pendorong industrialisasi
3.
Untuk mengetahui perkembangan sektor industri manufaktor nasional
4.
Untuk mengetahui permasalahan industrialisasi
5.
Untuk mengetahui strategi pembangunan sektor industri
6.
Untuk mengetahui revolusi industri 4.0   







BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Konsep dan Tujuan Industrialisasi
            Awal konsep industrialisasi Revolusi industri abad 18 di Inggris Penemuan metode baru dalam pemintalan dan penemuan kapas yang menciptakan spesialisasi produksi dan peningkatan produktivitas faktor produksi. Industrialisasi suatu proses interkasi antara perkembangan teknologi, inovasi, spesialisasi dan perdagangan dunia untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dengan mendorong perubahan struktur ekonomi. Industrialisasi merupakan salah satu strategi jangka panjang untuk menjamin pertumbuhan ekonomi. Hanya beberapa Negara dengan penduduk sedikit & kekayaan alam melimpah seperti Kuwait dan libya ingin mencapai pendapatan yang tinggi tanpa industrialisasi.
Tujuan pembangunan industri nasional baik jangka menengah maupun jangka panjang ditujukan untuk mengatasi permasalahan dan kelemahan baik di sektor industri maupun untuk mengatasi permasalahan secara nasional yaitu, Meningkatkan penyerapan tenaga kerja industri, meningkatkan ekspor Indonesia dan pember-dayaan pasar dalam negeri, memberikan sumbangan pertumbuhan yang berarti bagi perekonomian, mendukung perkembangan sektor infrastruktur, meningkatkan kemampuan teknologi, meningkatkan penyebaran industri, meningkatkan pendalaman struktur industri dan diversifikasi produk.

2.2  Faktor-Faktor Pendorong Industrialisasi
       Faktor-faktor pendorong industrialisasi di Indonesia, antara lain :
1.      Kondisi  Dan Struktur Awal Ekonomi Dalam Negeri
Suatu negara yang pada awal pembangunan ekonomi atau industrialisasinya sudah memiliki industri-industri primer atau hulu seperti besi dan baja, semen, petrokimia, dan industri-industri tengah (antara hulu dan hilir), seperti industri barang modal (mesin), dan alat-alat produksi yang relatif kuat akan mengalami proses industrialisasi yang lebih pesat dibandingkan negara yang hanya memiliki industri-industri hilir atau ringan.
2.      Besarnya Pasar Dalam Negeri yang Ditentukan Oleh Kombinasi Antara Jumlah Populasi dan Tingkat PN Rill Per Kapita
Psar dalam negeri yang besar, seperti Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta orang merupakan salah satu faktor perangsang bagi bertumbuhan kegiatan-kegiatan ekonomi, termasuk industri, karena pasar yang besar menjamin adanya skala ekonomis dan efesiensi dalam proses produksi (dengan asumsi bahwa faktor-faktor penentu lainnya mendukung). Jika pasar domestic kecil, maka ekspor merupakan alternatif satu-satunya untuk mencapai produksi optimal.
3.      Ciri Industrialisasi
Yang dimaksud disini adalah antara lain cara pelaksanaan industrialisasi, seperti misalnya tahapan dari dari implementasi, jenis industri yang diunggulkan, pola pembangunan sektor industri, dan insentif yang diberikan, termasuk insentif kepada investor.
4.      Keberadaan SDA
Ada kecenderungan bahwa Negara-negara yang kaya SDA, tingkat diversifikasi dan laju pertumbuhan ekonominya relatif lebih rendah, dan Negara tersebut cenderung tidak atau terlembat melakukan industrialisasi atau prosesnya berjalan relatif lebih lambat dibandingkan Negara-negara yang miskin SDA.
5.      Kebijaksanaan Strategi Pemerintah
Pola industrialisasi di Negara yang menerapkan kebijakan subtitusi impor dan kebijakan perdagangan luar negeri yang protektif (seperti Indonesia terutama selama pemerintahan Orde Baru hingga krisis terjadi) berbeda dengan di Negara yang menerapkan kebijakan promosi ekspor dalam mendukung industrinya.

2.3  Perkembangan Sektor Industri Manufaktur Nasional
Perusahaan manufaktur merupakan penopang utama perkembangan industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah negara juga dapat digunakan untuk melihat perkembangan industri secara nasional di negara itu. Perkembangan ini dapat dilihat baik dari aspek kualitas produk yang dihasilkannya maupun kinerja industri secara keseluruhan.
Sejak krisis ekonomi dunia yang terjadi tahun 1998 dan merontokkan berbagai sendi perekonomian nasional, perkembangan industri di Indonesia secara nasional belum memperlihatkan perkembangan yang menggembirakan. Bahkan perkembangan industri nasional, khususnya industri manufaktur, lebih sering terlihat merosot ketimbang grafik peningkatannya.
Sebuah hasil riset yang dilakukan pada tahun 2006 oleh sebuah lembaga internasional terhadap prospek industri manufaktur di berbagai negara memperlihatkan hasil yang cukup memprihatinkan. Dari 60 negara yang menjadi obyek penelitian, posisi industri manufaktur Indonesia berada di posisi terbawah bersama beberapa negara Asia, seperti Vietnam. Riset yang meneliti aspek daya saing produk industri manufaktur Indonesia di pasar global, menempatkannya pada posisi yang sangat rendah.
Industri manufaktur masa depan adalah industri-industri yang mempunyai daya saing tinggi, yang didasarkan tidak hanya kepada besarnya potensi Indonesia (comparative advantage), seperti luas bentang wilayah, besarnya jumlah penduduk serta ketersediaan sumber daya alam, tetapi juga berdasarkan kemampuan atau daya kreasi dan keterampilan serta profesionalisme sumber daya manusia Indonesia (competitive advantage).

2.4  Permasalahan Industrialisasi
Industri manufaktur di LDCs lebih terbelakang dibandingkan di DCs, hal ini karena :
1.      Keterbatasan teknologi.
2.      Kualitas Sumber daya Manusia.
3.      Keterbatasan dana pemerintah (selalu difisit) dan sektor swasta.
4.      Kerja sama antara pemerintah, industri dan lembaga pendidikan & penelitian masih rendah.
Masalah dalam industri manufaktur nasional:
1. Kelemahan struktural
·      Basis ekspor dan pasar masih sempit walaupun Indonesia mempunyai banyak sumber daya alam dan TK, tapi produk & pasarnya masih terkonsentrasi:
a.       terbatas pada empat produk (kayu lapis, pakaian jadi, tekstil dan alas kaki).
b.      Pasar tekstil dan pakaian jadi terbatas pada beberapa Negara seperti USA, Kanada, Turki dan Norwegia.
c.       USA, Jepang dan Singapura mengimpor 50% dari total ekspor tekstil dan pakaian jadi dari Indonesia.
d.      Produk penyumbang 80% dari ekspor manufaktur indonesia masih mudah  terpengaruh oleh perubahan permintaan produk di pasar terbatas.
e.       Banyak produk manufaktur terpilih padat karya mengalami penurunan harga muncul pesaing baru seperti Cina dan Vietnam.
f.       Produk manufaktur tradisional menurun daya saingnya sebagai akibat faktor internal seperti tuntutan kenaikan upah.
·      Ketergantungan impor sangat tinggi
1990, Indonesia menarik banyak PMA untuk industri berteknologi tinggi seperti kimia, elektronik, otomotif, dsb, tapi masih proses penggabungan, pengepakan dan assembling dengan hasil:
a.         Nilai impor bahan baku, komponen dan input perantara masih tinggi diatas 45%.
b.         Industri padat karya seperti tekstil, pakaian jadi dan kulit bergantung kepada impor bahan baku, komponen dan  input perantara  masih tinggi.
c.         PMA sector manufaktur masih bergantung kepada suplai bahan baku dan komponen dari LN.
d.        Peralihan teknologi (teknikal, manajemen, pemasaran, pengembangan organisasi dan keterkaitan eksternal) dari PMA masih terbatas.
e.         Pengembangan produk dengan merek sendiri dan pembangunan jaringan pemasaran masih terbatas Tidak ada industri berteknologi menengah.


·      Tidak ada industri berteknologi menengah
a.         Kontribusi industri berteknologi menengah (logam, karet, plastik, thdp pembangunan sektor industri manufaktur menurun tahun 1985 -1997.
b.         Kontribusi produk padat modal (material dari plastik, karet, pupuk, kertas besi & baja) thdp ekspor menurun 1985 – 997.
c.         Produksi produk dg teknologi rendah berkembang pesat.
·      Konsentrasi regional
a.          Industri menengah dan besar terkonsentrasi di Jawa.
2. Kelemahan organisasi
a.         Industri kecil dan menengah masih terbelakang produktivitas rendah Jumlah Tk masih banyak (padat Karya).
b.         Konsentrasi Pasar.
c.         Kapasitas menyerap dan mengembangkan teknologi masih lemah.
d.        SDM yang lemah.

2.5  Strategi Industrialisasi
1.    Strategi Subtitusi Impor
·      Lebih menekankan pada pengembangan industry yang berorientasi pada pasar domestic.
·      Strategi subtitusi impor adalah industry domestic yang membuat barang menggantikan impor.
·      Dilandasi oleh pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai dengan mengembangkan industry dalam negeri yang memproduksi barang pengganti impor Pertimbangan yang lajim digunakan dalam memilih strategi ini yaitu, SDA dan factor produksi lain (terutama tenaga kerja) cukup tersedia potensi permintaan dalam negeri memadai, pendorong perkembangan sector industry manufaktur dalam negeri, engan perkembangan industry dalam negeri, kesempatan kerja lebih luas, dan dapat mengurangi ketergantungan impor.

2. Penerapan strategi subtitusi impor dan hasilnya di Indonesia
·      Industry manufaktur nasional tidak berkembang baik selama orde baru.
·      Ekspor manufaktur Indonesia belum berkembang dengan baik.
·      Kebijakan proteksi yang berlebihan selama orde baru menimbulkan high cost economy.
·       Teknologi yang digunakan oleh industry dalam negeri, sangat diproteksi.
  1. Strategi Promosi Ekspor
·      Lebih berorientasi ke pasar internasional dalam pengembangan usaha dalam negeri.
·      Tidak ada diskriminasi dalam pemberian insentif dan fasilitas kemudahan lainnya dari pemerintah.
·      Dilandasi pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai jika produk yang   dibuat di dalam negeri dijual di pasar ekspor.
·      Strategi promosi ekspor mempromosikan fleksibilitas dalam pergeseran sumber daya ekonomi yang ada mengikuti perubahan pola keunggulan komparatif.
4.      Kebijakan industrialisasi 
Dirombaknya system devisa sehingga transaksi luar negeri lebih bebas dan sederhana
Dikuranginya fasilitas khusus yang hanya disediakan bagi perusahaan negara dan kebijakan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan sector swasta bersama-sama dengan BUMN.

2.6 Revolusi Industri 4.0
Indonesia tengah bersiap menghadapi era Revolusi ke-4 atau Industri 4.0 dalam upaya meningkatkan daya saing dan produktivitas industri manufaktur nasional. Presiden RI, Joko Widodo yakin Revolusi Industri 4.0 itu memiliki baik tantangan dan maupun peluang yang besar.
Jokowi mengatakan bahwa untuk menghadapi Revolusi Industri 4.0, maka semuanya harus direncanakan dengan baik, seperti yang dilakukan Kementerian Perindustrian dengan meluncurkan ‘Making Indonesia 4.0’. Making Indonesia 4.0 merupakan sebuah roadmap (peta jalan) mengenai strategi Indonesia dalam implementasi memasuki Industri 4.0. Hadirnya Making Indonesia 4.0 tentu dilakukan untuk mencapai target Indonesia masuk ke dalam 10 besar ekonomi terkuat dunia di tahun 2030.
Jokowi percaya bahwa dampak dari Revolusi Industri 4.0 akan 3000 kali lipat dibandingkan dampak revolusi industri pertama sekitar 200 tahun yang lalu. Di sisi lain, mantan Gubernur DKI Jakarta itu justru tak mempercayai prediksi McKanzie Global Institute, yang menyebutkan bahwa Revolusi Industri 4.0 akan menghilangkan 800 juta lapangan kerja sampai tahun 2030 karena diambil alih oleh robot dan mesin.
Lebih lanjut, Jokowi percaya Revolusi Industri 4.0 justru akan melahirkan jauh lebih banyak lapangan kerja baru ketimbang jumlah lapangan kerja yang hilang.
Revolusi Industri 4.0 atau industri generasi ke empat merupakan perubahan sektor industri di dunia yang dipengaruhi oleh maraknya perkembangan teknologi serta internet. Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto menjelaskan mengenai Revolusi Industri 4.0 itu.
Airlangga mengatakan bahwa sebenarnya revolusi industri sendiri sudah dimulai sejak zaman pemerintahan Hindia-Belanda, yang menghadirkan steam engine atau mesin uap pada revolusi industri pertama. Selain itu, Airlangga juga menjelaskan tujuan di balik hadirnya Industri 4.0 tersebut.
Saat itu, kata Airlangga, globalisasi yang sangat dikhawatirkan adalah lahirnya digitalisasi. Airlangga mengatatakan saat rapat APEC tahun 90-an, disebutkan bahwa globalisasi untuk ASEAN bakal dimulai di tahun 2020.
Airlangga menjelaskan bahwa pemanfaatan Internet of things tersebut pertama kali dilakukan oleh Jerman. Kemudian, ternyata Jerman juga yang mengglobalkan istilah industri 4.0.





BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan  
            Awal konsep industrialisasi Revolusi industri abad 18 di Inggris Penemuan metode baru dalam pemintalan dan penemuan kapas yang menciptakan spesialisasi produksi dan peningkatan produktivitas faktor produksi. Tujuan pembangunan industri nasional baik jangka menengah maupun jangka panjang ditujukan untuk mengatasi permasalahan dan kelemahan baik di sektor industri maupun untuk mengatasi permasalahan secara nasional.
Faktor-faktor pendorong industrialisasi di Indonesia yaitu, kondisi  dan struktur awal ekonomi dalam negeri, besarnya pasar dalam negeri yang ditentukan oleh kombinasi antara jumlah populasi dan tingkat PN rill per kapita, ciri industrialisasi, keberadaan SDA, dan kebijaksanaan strategi pemerintah.
Perusahaan manufaktur merupakan penopang utama perkembangan industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah negara juga dapat digunakan untuk melihat perkembangan industri secara nasional di negara itu. Perkembangan ini dapat dilihat baik dari aspek kualitas produk yang dihasilkannya maupun kinerja industri secara keseluruhan.
Indonesia tengah bersiap menghadapi era Revolusi ke-4 atau Industri 4.0 dalam upaya meningkatkan daya saing dan produktivitas industri manufaktur nasional. Revolusi Industri 4.0 atau industri generasi ke empat merupakan perubahan sektor industri di dunia yang dipengaruhi oleh maraknya perkembangan teknologi serta internet.





DAFTAR PUSTAKA
Tambunan, Tulus T.H. 2001. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia.