PEREKONOMIAN
INDONESIA
“ INDUSTRIALISASI DI
INDONESIA“
DISUSUN OLEH :
1. Dea
Natalia (21217476)
2. Sonya Ananda Leony (25217752)
3. Junie
Parisyana N (23217112)
4. Yoga Harianto (26217272)
Kelas :
1EB04
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS
GUNADARMA
DEPOK
2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Perekonomian Indonesia, dengan judul “Industrialisasi di
Indonesia” dengan lancar. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga
makalah ini dapat selesai dengan lancar. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Makalah ini disusun atau
dibuat untuk memenuhi salah satu tugas Perekonomian Indonesia.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu kami menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini kearah sempurna.
Akhir
kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penulis pada
kususnya. Kami sampaikan terimakasih.
Depok, 19 Mei 2018
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.............................................................................................
DaftarIsi.......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................
BAB II ISI
2.1 Konsep dan tujuan industrialisasi..................................................
2.2 Faktor-faktor pendorong industrialisasi.........................................
2.3 Perkembangan sektor industri manufaktor nasional......................
2.4 Permasalahan industrialisasi...........................................................
2.5 Strategi pembangunan sektor industri...........................................
2.6 Revolusi Industri 4.0.....................................................................
BAB
III PENUTUP
3.1
Simpulan ........................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA...............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industri merupakan sektor yang sangat penting dalam
perekonomian suatu negara. Sektor industri dianggap sebagai sektor yang mampu
menjadi pimpinan dari sektor lain. Produk industri mempunyai nilai jual yang
tinggi dari pada sektor lain. Hal tersebut dikarenakan produk industri sangat
beragam dan memberikan nilai dan manfaat yang tinggi bagi masyarakat. Industri
menjadi penolong bagi perekonomian suatu negara, sehingga pemerintah banyak
memberikan kebijaksanaan- kebijaksanaan tentang industri.
Industri
adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah
jadi atau barang jadi menjadi barang yang bermutu tinggi dalam penggunaannya,
termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Dengan demikian,
industri merupakan bagian dari proses produksi. Bahan-bahan industri diambil
secara langsung maupun tidak langsung, kemudian diolah, sehingga menghasilkan
barang yang bernilai lebih bagi masyarakat.
Industrialisasi merupakan suatu
proses perubahan sosial ekonomi yang
merubah sistem pencaharian masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Industrialisasi juga bisa diartikan sebagai suatu keadaan
dimana masyarakat berfokus pada ekonomi yang meliputi pekerjaan yang semakin
beragam (spesialisasi), gaji, dan penghasilan yang semakin tinggi.
Industrialisasi adalah bagian dari proses modernisasi dimana perubahan sosial dan perkembangan ekonomi erat
hubungannya dengan inovasiteknologi.
Dalam makalah ini kami akan membahas tentang
industrialisasi di ndonesia, terutama tentang konsep dan tujuan
industrialisasi, faktor-faktor pendorong industrialisasi, perkembangan sektor
industri manufaktor nasional, permasalahan industrialisasi, dan strategi
pembangunan sektor industri.
1.1 Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana konsep dan tujuan industrialisasi?
2. Apa saja faktor-faktor pendorong industrialisasi?
3. Bagaimana perkembangan sektor industri manufaktor nasional?
4. Apa permasalahan industrialisasi?
5. Bagaimanakah strategi pembangunan sektor industri?
6. Apa yang dimaksud dengan revolusi industri 4.0?
2. Apa saja faktor-faktor pendorong industrialisasi?
3. Bagaimana perkembangan sektor industri manufaktor nasional?
4. Apa permasalahan industrialisasi?
5. Bagaimanakah strategi pembangunan sektor industri?
6. Apa yang dimaksud dengan revolusi industri 4.0?
1.2 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui konsep
dan tujuan industrialisasi
2. Untuk mengetahui faktor-faktor pendorong industrialisasi
3. Untuk mengetahui perkembangan sektor industri manufaktor nasional
4. Untuk mengetahui permasalahan industrialisasi
5. Untuk mengetahui strategi pembangunan sektor industri
6. Untuk mengetahui revolusi industri 4.0
2. Untuk mengetahui faktor-faktor pendorong industrialisasi
3. Untuk mengetahui perkembangan sektor industri manufaktor nasional
4. Untuk mengetahui permasalahan industrialisasi
5. Untuk mengetahui strategi pembangunan sektor industri
6. Untuk mengetahui revolusi industri 4.0
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Konsep dan Tujuan Industrialisasi
Awal
konsep industrialisasi Revolusi industri abad 18 di Inggris Penemuan metode
baru dalam pemintalan dan penemuan kapas yang menciptakan spesialisasi produksi
dan peningkatan produktivitas faktor produksi. Industrialisasi suatu proses
interkasi antara perkembangan teknologi, inovasi, spesialisasi dan perdagangan
dunia untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dengan mendorong perubahan
struktur ekonomi. Industrialisasi merupakan salah satu strategi jangka panjang
untuk menjamin pertumbuhan ekonomi. Hanya beberapa Negara dengan penduduk
sedikit & kekayaan alam melimpah seperti Kuwait dan libya ingin mencapai
pendapatan yang tinggi tanpa industrialisasi.
Tujuan pembangunan industri
nasional baik jangka menengah maupun jangka panjang ditujukan untuk mengatasi
permasalahan dan kelemahan baik di sektor industri maupun untuk mengatasi
permasalahan secara nasional yaitu, Meningkatkan penyerapan tenaga kerja
industri, meningkatkan ekspor Indonesia dan pember-dayaan pasar dalam negeri, memberikan
sumbangan pertumbuhan yang berarti bagi perekonomian, mendukung perkembangan
sektor infrastruktur, meningkatkan kemampuan teknologi, meningkatkan penyebaran
industri, meningkatkan pendalaman struktur industri dan diversifikasi produk.
2.2 Faktor-Faktor Pendorong Industrialisasi
Faktor-faktor
pendorong industrialisasi di Indonesia, antara lain :
1. Kondisi Dan Struktur Awal Ekonomi Dalam Negeri
Suatu
negara yang pada awal pembangunan ekonomi atau industrialisasinya sudah
memiliki industri-industri primer atau hulu seperti besi dan baja, semen,
petrokimia, dan industri-industri tengah (antara hulu dan hilir), seperti
industri barang modal (mesin), dan alat-alat produksi yang relatif kuat akan
mengalami proses industrialisasi yang lebih pesat dibandingkan negara yang
hanya memiliki industri-industri hilir atau ringan.
2.
Besarnya
Pasar Dalam Negeri yang Ditentukan Oleh Kombinasi Antara Jumlah Populasi dan
Tingkat PN Rill Per Kapita
Psar
dalam negeri yang besar, seperti Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari
200 juta orang merupakan salah satu faktor perangsang bagi bertumbuhan
kegiatan-kegiatan ekonomi, termasuk industri, karena pasar yang besar menjamin
adanya skala ekonomis dan efesiensi dalam proses produksi (dengan asumsi bahwa
faktor-faktor penentu lainnya mendukung). Jika pasar domestic kecil, maka
ekspor merupakan alternatif satu-satunya untuk mencapai produksi optimal.
3.
Ciri
Industrialisasi
Yang
dimaksud disini adalah antara lain cara pelaksanaan industrialisasi, seperti
misalnya tahapan dari dari implementasi, jenis industri yang diunggulkan, pola
pembangunan sektor industri, dan insentif yang diberikan, termasuk insentif
kepada investor.
4.
Keberadaan
SDA
Ada kecenderungan bahwa Negara-negara yang kaya SDA, tingkat
diversifikasi dan laju pertumbuhan ekonominya relatif lebih rendah, dan Negara
tersebut cenderung tidak atau terlembat melakukan industrialisasi atau
prosesnya berjalan relatif lebih lambat dibandingkan Negara-negara yang miskin
SDA.
5.
Kebijaksanaan Strategi Pemerintah
Pola industrialisasi di Negara yang menerapkan kebijakan
subtitusi impor dan kebijakan perdagangan luar negeri yang protektif (seperti
Indonesia terutama selama pemerintahan Orde Baru hingga krisis terjadi) berbeda
dengan di Negara yang menerapkan kebijakan promosi ekspor dalam mendukung
industrinya.
2.3 Perkembangan Sektor Industri Manufaktur
Nasional
Perusahaan manufaktur merupakan
penopang utama perkembangan industri di sebuah negara. Perkembangan industri
manufaktur di sebuah negara juga dapat digunakan untuk melihat perkembangan
industri secara nasional di negara itu. Perkembangan ini dapat dilihat baik
dari aspek kualitas produk yang dihasilkannya maupun kinerja industri secara
keseluruhan.
Sejak krisis ekonomi dunia yang
terjadi tahun 1998 dan merontokkan berbagai sendi perekonomian nasional,
perkembangan industri di Indonesia secara nasional belum memperlihatkan
perkembangan yang menggembirakan. Bahkan perkembangan industri nasional,
khususnya industri manufaktur, lebih sering terlihat merosot ketimbang grafik
peningkatannya.
Sebuah hasil riset yang dilakukan
pada tahun 2006 oleh sebuah lembaga internasional terhadap prospek industri
manufaktur di berbagai negara memperlihatkan hasil yang cukup memprihatinkan.
Dari 60 negara yang menjadi obyek penelitian, posisi industri manufaktur
Indonesia berada di posisi terbawah bersama beberapa negara Asia, seperti
Vietnam. Riset yang meneliti aspek daya saing produk industri manufaktur
Indonesia di pasar global, menempatkannya pada posisi yang sangat rendah.
Industri manufaktur masa depan
adalah industri-industri yang mempunyai daya saing tinggi, yang didasarkan
tidak hanya kepada besarnya potensi Indonesia (comparative advantage), seperti
luas bentang wilayah, besarnya jumlah penduduk serta ketersediaan sumber daya
alam, tetapi juga berdasarkan kemampuan atau daya kreasi dan keterampilan serta
profesionalisme sumber daya manusia Indonesia (competitive advantage).
2.4
Permasalahan
Industrialisasi
Industri manufaktur di
LDCs lebih terbelakang dibandingkan
di DCs, hal ini karena :
1. Keterbatasan
teknologi.
2. Kualitas
Sumber daya Manusia.
3. Keterbatasan
dana pemerintah (selalu difisit) dan sektor swasta.
4. Kerja
sama antara pemerintah, industri dan lembaga pendidikan & penelitian masih
rendah.
Masalah
dalam industri manufaktur nasional:
1. Kelemahan struktural
· Basis
ekspor dan
pasar masih sempit walaupun Indonesia mempunyai banyak sumber daya alam dan TK, tapi produk & pasarnya masih
terkonsentrasi:
a. terbatas
pada empat produk (kayu lapis, pakaian jadi, tekstil dan alas kaki).
b. Pasar
tekstil dan
pakaian jadi terbatas pada beberapa Negara seperti USA, Kanada, Turki dan Norwegia.
c. USA,
Jepang dan
Singapura mengimpor 50% dari total ekspor tekstil dan pakaian jadi dari Indonesia.
d. Produk
penyumbang 80% dari ekspor manufaktur indonesia masih mudah terpengaruh oleh perubahan permintaan produk
di pasar terbatas.
e. Banyak
produk manufaktur terpilih padat karya mengalami penurunan harga muncul pesaing
baru seperti Cina dan Vietnam.
f. Produk
manufaktur tradisional menurun daya saingnya sebagai akibat faktor internal seperti
tuntutan kenaikan upah.
· Ketergantungan
impor sangat tinggi
1990, Indonesia menarik
banyak PMA untuk industri berteknologi tinggi seperti kimia, elektronik,
otomotif, dsb, tapi masih proses penggabungan, pengepakan dan assembling dengan
hasil:
a.
Nilai impor bahan baku, komponen dan input perantara masih tinggi diatas 45%.
b.
Industri padat karya seperti tekstil,
pakaian jadi dan
kulit bergantung kepada impor bahan baku, komponen dan
input perantara masih tinggi.
c.
PMA sector manufaktur masih bergantung
kepada suplai bahan baku dan
komponen dari LN.
d.
Peralihan teknologi (teknikal,
manajemen, pemasaran, pengembangan organisasi dan keterkaitan eksternal) dari
PMA masih terbatas.
e.
Pengembangan produk dengan merek sendiri
dan pembangunan jaringan pemasaran masih terbatas Tidak ada industri
berteknologi menengah.
·
Tidak ada industri berteknologi menengah
a.
Kontribusi industri berteknologi
menengah (logam, karet, plastik, thdp pembangunan sektor industri manufaktur
menurun tahun 1985 -1997.
b.
Kontribusi produk padat modal (material
dari plastik, karet, pupuk, kertas besi & baja) thdp ekspor menurun 1985 –
997.
c.
Produksi produk dg teknologi rendah
berkembang pesat.
·
Konsentrasi regional
a.
Industri menengah dan besar terkonsentrasi di Jawa.
2. Kelemahan organisasi
a.
Industri kecil dan menengah masih terbelakang
produktivitas rendah Jumlah Tk masih banyak (padat Karya).
b.
Konsentrasi Pasar.
c.
Kapasitas menyerap dan mengembangkan teknologi masih lemah.
d.
SDM yang lemah.
2.5
Strategi Industrialisasi
1. Strategi
Subtitusi Impor
·
Lebih menekankan pada pengembangan industry yang berorientasi
pada pasar domestic.
·
Strategi subtitusi impor adalah industry domestic yang
membuat barang menggantikan impor.
·
Dilandasi oleh pemikiran bahwa laju pertumbuhan
ekonomi yang tinggi dapat dicapai dengan mengembangkan
industry dalam negeri yang memproduksi barang pengganti impor Pertimbangan
yang lajim digunakan dalam memilih strategi ini yaitu, SDA dan factor produksi lain (terutama tenaga kerja) cukup tersedia potensi
permintaan dalam negeri memadai, pendorong
perkembangan sector industry manufaktur dalam negeri, engan
perkembangan industry dalam negeri, kesempatan kerja lebih luas, dan dapat mengurangi ketergantungan impor.
2. Penerapan strategi subtitusi impor dan hasilnya di Indonesia
·
Industry manufaktur nasional tidak berkembang baik
selama orde baru.
·
Ekspor manufaktur Indonesia belum berkembang dengan
baik.
·
Kebijakan proteksi yang berlebihan selama orde baru
menimbulkan high cost economy.
·
Teknologi yang digunakan oleh
industry dalam negeri, sangat diproteksi.
- Strategi Promosi Ekspor
·
Lebih berorientasi ke pasar
internasional dalam pengembangan usaha dalam negeri.
·
Tidak ada diskriminasi dalam
pemberian insentif dan fasilitas kemudahan lainnya dari pemerintah.
·
Dilandasi pemikiran bahwa laju pertumbuhan
ekonomi yang tinggi dapat dicapai jika produk yang dibuat di dalam
negeri dijual di pasar ekspor.
·
Strategi promosi ekspor mempromosikan fleksibilitas
dalam pergeseran sumber daya ekonomi yang ada mengikuti perubahan pola
keunggulan komparatif.
4.
Kebijakan industrialisasi
Dirombaknya system devisa sehingga
transaksi luar negeri lebih bebas dan sederhana
Dikuranginya
fasilitas khusus yang hanya disediakan bagi perusahaan negara dan kebijakan
pemerintah untuk mendorong pertumbuhan sector swasta bersama-sama dengan BUMN.
2.6 Revolusi
Industri 4.0
Indonesia
tengah bersiap menghadapi era Revolusi
ke-4 atau Industri 4.0 dalam upaya meningkatkan daya saing dan produktivitas
industri manufaktur nasional. Presiden RI, Joko Widodo yakin Revolusi Industri
4.0 itu memiliki baik tantangan dan maupun peluang yang besar.
Jokowi
mengatakan bahwa untuk menghadapi Revolusi Industri 4.0, maka semuanya harus
direncanakan dengan baik, seperti yang dilakukan Kementerian Perindustrian
dengan meluncurkan ‘Making Indonesia 4.0’. Making Indonesia 4.0 merupakan
sebuah roadmap (peta jalan) mengenai strategi
Indonesia dalam implementasi memasuki Industri 4.0. Hadirnya Making Indonesia
4.0 tentu dilakukan untuk mencapai target Indonesia masuk ke dalam 10 besar
ekonomi terkuat dunia di tahun 2030.
Jokowi percaya bahwa dampak dari Revolusi Industri 4.0
akan 3000 kali lipat dibandingkan dampak revolusi industri pertama sekitar 200
tahun yang lalu. Di sisi lain, mantan Gubernur DKI Jakarta itu justru tak
mempercayai prediksi McKanzie Global Institute, yang menyebutkan bahwa Revolusi
Industri 4.0 akan menghilangkan 800 juta lapangan kerja sampai tahun 2030
karena diambil alih oleh robot dan mesin.
Lebih lanjut, Jokowi percaya Revolusi Industri 4.0
justru akan melahirkan jauh lebih banyak lapangan kerja baru ketimbang jumlah
lapangan kerja yang hilang.
Revolusi
Industri 4.0 atau industri generasi ke empat merupakan perubahan sektor
industri di dunia yang dipengaruhi oleh maraknya perkembangan teknologi serta
internet. Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto menjelaskan mengenai
Revolusi Industri 4.0 itu.
Airlangga
mengatakan bahwa sebenarnya revolusi industri sendiri sudah dimulai sejak zaman
pemerintahan Hindia-Belanda, yang menghadirkan steam engine atau mesin uap pada revolusi industri
pertama. Selain itu, Airlangga juga menjelaskan tujuan di balik hadirnya
Industri 4.0 tersebut.
Saat itu, kata Airlangga, globalisasi yang sangat
dikhawatirkan adalah lahirnya digitalisasi. Airlangga mengatatakan saat rapat
APEC tahun 90-an, disebutkan bahwa globalisasi untuk ASEAN bakal dimulai di
tahun 2020.
Airlangga menjelaskan bahwa pemanfaatan Internet of things tersebut pertama kali dilakukan
oleh Jerman. Kemudian, ternyata Jerman juga yang mengglobalkan istilah industri
4.0.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Awal konsep industrialisasi Revolusi industri abad 18 di
Inggris Penemuan metode baru dalam pemintalan dan penemuan kapas yang
menciptakan spesialisasi produksi dan peningkatan produktivitas faktor
produksi. Tujuan pembangunan industri nasional baik jangka menengah maupun
jangka panjang ditujukan untuk mengatasi permasalahan dan kelemahan baik di
sektor industri maupun untuk mengatasi permasalahan secara nasional.
Faktor-faktor pendorong
industrialisasi di Indonesia yaitu, kondisi
dan struktur awal ekonomi dalam negeri, besarnya pasar dalam negeri yang
ditentukan oleh kombinasi antara jumlah populasi dan tingkat PN rill per
kapita, ciri industrialisasi, keberadaan SDA, dan kebijaksanaan
strategi pemerintah.
Perusahaan manufaktur merupakan penopang utama
perkembangan industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di
sebuah negara juga dapat digunakan untuk melihat perkembangan industri secara
nasional di negara itu. Perkembangan ini dapat dilihat baik dari aspek kualitas
produk yang dihasilkannya maupun kinerja industri secara keseluruhan.
Indonesia
tengah bersiap menghadapi era Revolusi
ke-4 atau Industri 4.0 dalam upaya meningkatkan daya saing dan produktivitas
industri manufaktur nasional. Revolusi Industri 4.0 atau industri generasi ke
empat merupakan perubahan sektor industri di dunia yang dipengaruhi oleh
maraknya perkembangan teknologi serta internet.
DAFTAR
PUSTAKA
Tambunan,
Tulus T.H. 2001. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia.